Terapkan ekonomi sirkular, Menperin dukung pabrik daur ulang plastik

Jakarta (ANTARA) – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mendukung keberadaan pabrik daur ulang plastik di Jombang, Jawa Timur, karena sejalan dengan penerapan ekonomi sirkular yang dicanangkan pemerintah.

“Saat ini, isu terkait ESG (environmental, social, and governance) dan industri hijau sudah menjadi perhatian yang penting. Bahkan bila mencermati Leaders Declaration KTT G20 yang lalu, ada penekanan memperkuat implementasi ESG dan industri hijau,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.

Menperin menyampaikan hal itu pada Peresmian Pabrik Daur Ulang PET (Polyethylene Terephthalate) Food Grade PT Bumi Indus Padma Jaya (BIPJ) di Jombang, Jawa Timur.

Menperin menyampaikan, Kemenperin terus mendukung sektor industri manufaktur melakukan transformasi ke arah pembangunan yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, Kemenperin berkomitmen untuk memacu pembangunan industri melalui konsep industri hijau dengan prinsip menggunakan sumber daya alam yang efisien, dapat diguna ulang, ramah lingkungan, berkelanjutan, serta memanfaatkan sampah sebagai energi alternatif.

PT BIPJ merupakan perusahaan joint venture yang juga didukung oleh perusahaan industri Mayora Group.

PT Menperin memberikan apresiasi kepada Mayora Group atas keberhasilan pembangunan pabrik daur ulang PET dengan kualitas yang memenuhi standar keamanan pangan (food grade) ini, terlebih lagi total investasinya mencapai Rp183 miliar.

Baca juga: Kemenperin kejar target transaksi produk dalam negeri Rp250 triliun

“Pabrik ini wujud nyata sebagai milestone yang akan membantu kita semua untuk mengurangi sampah yang ada di masyarakat, khususnya sampah plastik,” terangnya.

Agus juga menyampaikan, bahwa keberadaan pabrik tersebut membuktikan bahwa PET yang selama ini distigmakan menjadi ‘monster’ atau barang yang berbahaya, saat ini justru menjadi sesuatu yang mempunyai nilai tambah, karena PET menjadi bahan baku dari bagian ekosistem ekonomi sirkular yang sama-sama sedang dikembangkan.

Selain itu, lanjut Agus, upaya tersebut juga diyakini dapat mewujudkan visi Indonesia menjadi negara industri tangguh yang bercirikan struktur industri nasional yang kuat, sehat dan berkeadilan, industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global, serta industri yang berbasis inovasi dan teknologi.

“Apalagi, saya mendapatkan komitmen dari perusahaan akan melakukan ekspansi ke depannya,” ujar Agus.

Menperin optimis, adanya pabrik daur ulang plastik PT BIPJ dengan kapasitas produksi Recycled PET Plastic (RPET) sebesar 22.000 ton per tahun ini dapat memperkuat ekosistem daur ulang dan ekonomi sirkular serta dapat meningkatkan tingkat pengumpulan sampah plastik di Indonesia.

Fasilitas itu akan menyerap tenaga kerja lokal lebih dari 150 orang dan didukung dengan teknologi paling modern.

“Saya berpesan kepada Mayora Group dan PT BIPJ agar dapat menjaga lingkungan sekitar dengan baik, selaras dengan komitmen pemerintah dalam upaya menciptakan industri hijau,” tegas Agus.

KK.Baca juga: Kemenperin ingatkan pemda optimalkan anggaran dekonsentrasi IKM

Selain itu diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat baik melalui produk pelet PET yang dihasilkan, maupun melalui program-program berkelanjutan dengan melibatkan sejumlah mitra kerja dan berbagai pemangku kepentingan, termasuk keterlibatan pemerintah daerah.

Presiden Direktur PT BIPJ Christine Halim menyampaikan, perusahaan ini didirikan sebagai upaya besar untuk mengumpulkan sampah plastik agar bisa memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Selain itu mewadahi usaha para pelaku UMKM dan pemulung serta dapat mendukung program penyerapan tenaga kerja.

Menurut Christine, pabrik daur ulang ini sudah menggunakan teknologi pengolahan PET paling modern dan berfokus pada higienitas. Ada dua proses utama yang dilakukan PT BIPJ dalam pengolahan botol plastik PET menjadi food grade recycled plastik resin.

Pertama, dimulai dengan proses pembersihan dan pembukaan tutup. Lalu botol PET bekas tersebut diseleksi secara otomatis untuk kebersihan warna. “Setelah itu proses pencacahan menjadi serpihan untuk kemudian pencucian dan pengeringan,” jelasnya.

Kedua, proses ekstrusi, yakni perubahan plastik dari bentuk padat menjadi cair. Kemudian, proses dekontaminasi kontaminan dengan proses solid state polycondensation (SSP), dan yang terakhir proses pencetakan pellet plastik.

“Pellet plastik inilah yang dapat diolah kembali untuk menghasilkan produk plastik baru,” ujar Christine.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2023

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *